1. MANUSIA DALAM ISTIDRAJ
By, Amad Shoffanuddin
Bin Muslimin
Sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, dimana seseorang itu tampak kehidupannya bahagia, serba kaya dan selalu berhasil dalam menjalani usaha apapun yang dia lakukan, padahal nyata-nyata dia jauh dari perintah Alloh SWT dan tidak melaksanakan anjuran dari nabinya. Di dalam kehidupannya terkesan jauh dari nilai-nilai agama yang dia anut bahkan kecenderungannya selalu ingkar. Namun begitu kita lihat dalam kehidupannya terus meningkat, baik itu dari segi kekayaan, pangkat, jabatan maupun strata sosialnya. Maka jangan heran terhadap kasus-kasus seperti ini, di jaman sekarang banyak kita temukan, inilah yang di dalam agama islam di namai dengan istidraj, yaitu suatu kondisi dimana Alloh SWT membiarkan dan memposisikan orang seperti ini di dalam perangkapnya. Alloh SWT membiarkan dia dalam kondisi terbuai, terlena nyaman dalam kesesatannya sehingga semakin bertambah dosa-dosanya, dan nanti akan dahsyat pula siksaannya.
Dalam anggapan manusia harta, pangkat, jabatan yang dia peroleh adalah dari keberkahan hidupnya padahalal hidupnya jelas-jelas tidak berkah karena jauh dari perintah Alloh SWT.
Disaat inilah Alloh SWT telah mencabut keberkahan hidupnya.
Benar sekali hadis yang telah diriwayatkan oleh Ahmad bahwa, bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.
Diatas tadi saya menyinggung tentang jebakan/perangkap Alloh SWT, benarlah demikian karena bukan hanya kesengsaraan saja yang di golongkan dalam cobaan/ujian namun kenikmatan juga sebuah ujian, bahkan efeknya sangat membahayakan bagi jiwa pelakunya, karena akan membawa efek lupa, takabbur, congkak, kurang peka dan membanggakan diri.
Kebanyakan manusia seringkali kuat mengalami ujian yang menyengsarakan dan menggerus dada, namun tak pernah kuat dengan kenikmatan yang berlebih-lebih yang seharusnya manusia lebih ringan dalam hidup, lebih bahagia dan lebih banyak kesempatan dalam beribadah, namun justeru memberi efek sebaliknya.
Alloh SWT pada dasarnya tidak menghalangi manusia untuk kaya raya, bahagia, tinggi jabatannya, namun Alloh hanya tidak ingin hambanya hidup dalam keadaan lupa, ingkar dan sombong. Oleh karena itu hidup yang serba kekurangan, serba cobaan bisa jadi itu lebih baik pada akhirnya nanti karena manusia berkecenderungan untuk selalu merintih, mengaduh dan berdoa kepada Tuhannya.
Keingkaran yang dilakukan manusia dalam istidrajnya seringkali tidak disadari bahwa itu hanyalah perangkat maut yang akan membinasakan hidupnya, maka semakin jauh pula dia jauh dari ketaatan kepada Alloh SWT dan tentunya tingkat bahagianya juga semakin tak terukur, tingkat lupanya juga semakin tak terukur, nah di saat inilah lalu Alloh SWT membinasakannya, dan tentunya derita yang dialami manusia istidraj juga semakin dahsyat pula.
Inilah suatu siksa yang di sengajakan oleh Alloh SWT untuk memberi hukuman, tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Alloh SWT pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Alloh siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Sungguh mengerikan..
Semoga kita terjaga dari istidraj, Amin...
Wallohu'alam
2. RENUNGANKU
By,
Amad Shoffanuddin
Bin Muslimin
Hidup bukan hanya berhenti di dunia saja, kalau hanya di dunia, pertanyaannya untuk apa Alloh menciptakan dunia seisinya dengan begitu mahal dan hebat ini ? Ini menunjukan bahwa Alloh sengaja menciptakan Alam seisinya sebagai fasilitas manusia untuk mendapatkan sebuah catatan (pahala dan dosa), bukankah sangat pantas manusia mendapatkan catatan dosa dan pahala..bukankah semua manusia telah di lengkapi dengan cipta, rasa dan karsa. Kalau hidup hanya sampai di dunia dan setelah itu musnah tak berbekas rasa-rasanya tidak mungkin, lalu bagaimana dengan prinsip kehidupan itu sendiri bahwa segala sesuatu berawal dari yang tidak ada kemudian di adakan dan akan di tiadakan lagi, lalu setelah di tiadakan kemana ruh akan pergi ? Bukankah ruh itu bersifat kekal dan tidak pernah musnah..?
Pengadilan dan keadilan itu bukan hanya di dunia saja, kalau hanya di dunia saja, pertanyaannya bagaimana Alloh akan memberi penghargaan dan balasan kepada manusia yang berpahala dan beramal baik, dan bagaimana dengan nasib orang-orang jahat dan berbuat kerusakan, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya di dholimi orang lain sedangkan dia tidak mampu membalasnya, padahal ingin membalasnya, adilkah itu semua..? jika hidup berakhir saja tanpa pengadilan dan keadilan maka sangat bertentangan dengan prinsip dasar hukum alam dan hukum kemanusiaan itu sendiri yakni manusia enggan untuk di sakiti, jangankan manusia hewanpun tak rela bila di sakiti, maka yakin sekali bahwa balasan baik dan buruk diatas keadilan itu nyata.
Bersuami isteri itu bukan hanya berakhir di dunia saja, kalau hanya berakhir di dunia,
pertanyaannya, bagaimana dengan pasangan suami isteri yang menjalin rumah tangga penuh cinta dan komitmen bersama , mereka membina dengan perjuangan dan air mata, bukankah mereka mengharap untuk abadi, bukankah mereka pantas untuk mendapat penghargaan..? Bukankah pernikahan itu suci dan harus ada disaksinya..? dan Alloh juga telah ridho menjadi saksinya. Juga bagaimana nasib pasangan yang terhianati, terluka, dan telah berbeda prinsip lalu ingin berpisah namun tak terwujud sampai meninggalnya, padahal mereka sudah tidak menginginkan bersama lagi, Apakah Alloh akan membiarkan mereka tetap bersama sampai di akhirat..? Kalau di ukur dari pertimbangan akal sehat dan ranah pesikologis itu sangat tidak masuk akal dan berlawanan dengan naluri jiwa. Maka yakin bahwa pasangan yang berumahtangga dengan penuh perjuangan, ketulusan, saling setia, saling menjaga akan di pertemukan kembali, dan yang tidak setia, tidak tulus, mencurangi akan terpisahkan diantara mereka, karena mereka telah beda pandangan, beda prinsip dan telah timbul rasa benci diantara mereka.
Seorang tersangka kejahatan akan sangat panjang untuk mendapatkan vonis atas perbuatannya, banyak sekali hal yang harus di ungkap oleh hakim berikut bukti kejahatannya, bisa berbulan bulan bahkan bertahun-tahun baru dapat vonis hukumannya, pertanyaannya, bagaimana mungkin seseorang di akhirat itu akan cepat mendapat vonisnya,ke surga atau neraka, sedangkan yang di hisab itu meliputi semua perbuatannya baik itu yang baik maupun yang buruk, ini akan membutuhkan waktu yang samgat panjang karena melibatkan pertanggungjawaban fisiknya, hatinya dan pikirannya, semuanya akan di mintai pertanggung jawaban, sedangkan jumlah manusia itu sangat banyak berjuta-juta bahkan bermilyar-milar. Pantas saja jika kita akan mendapat antrian yang sangat panjang sedangkan diakhirat kelak belum tau tempatnya seperti apa, bisa jadi tak ada tempat bernaung, betapa haus, lapar panasnya saat itu, bahkan konon kabarnya kita akan tenggelam dengan keringat kita sendiri, kita bayangkan saja, kita hanya terkena panas matahari di dunia saja keringat kita bercucuran dan kelabakan, apalagi di akherat kelak mau seperti apa, padahal saat itu penuh lautan manusia dengan bermacam macam warna kulit, keringat dan tabiat. Sangat masuk akal bila hidup setelah mati itu akan sangat panjang, dan sangat melelahkan.
Sangat masuk akal bila orang orang kecil itu akan ringan pertanggungjawabannya di akherat kelak, sebab mereka hidupnya serba biasa, sederhana dan segala sesuatunya serba minim, harta benda minim, pangkat jabatan tidak punya, tidak banyak tingkah laku yang memungkinkan peluang dosa, bersosialisasi dengan orang lain juga terbatas, meminimkan dosa kepada sesama, bagaimana mungkin orang seperti ini akan mendapatkan banyak tilangan dari Alloh, pertanyaannya lalu apa yang harus di pertanggungjawabkan orang seperti ini.? seandainyapun itu ada itupun sedikit dan kemungkinan akan lebih cepat proses penghisabannya, dan ketika dia harus di siksa atas dosanya tentunya akan lebih singkat waktunya dan akan lebih cepat diangkat kesurganya.
Wallohu'alam
3. 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘈𝘗𝘈..?
𝘉𝘦𝘵𝘶𝘭 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢-𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘢 :
𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘐𝘛𝘜 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘔𝘌𝘔𝘈𝘕𝘌𝘕
𝘈𝘗𝘈-𝘈𝘗𝘈 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘋𝘐 𝘛𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘐𝘛𝘜𝘓𝘈𝘏 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘋𝘐 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕
𝘊𝘰𝘯𝘵𝘰𝘩,
𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘗𝘈𝘋𝘐 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘗𝘈𝘋𝘐
𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘙𝘜𝘔𝘗𝘜𝘛 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘙𝘜𝘔𝘗𝘜𝘛
𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘒𝘌𝘉𝘈𝘐𝘒𝘈𝘕 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘒𝘌𝘉𝘈𝘐𝘒𝘈𝘕
𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘒𝘌𝘉𝘜𝘙𝘜𝘒𝘈𝘕 𝘈𝘒𝘈𝘕 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘒𝘌𝘉𝘜𝘙𝘜𝘒𝘈𝘕
𝘔𝘢𝘬𝘢,
𝘔𝘜𝘚𝘛𝘈𝘏𝘐𝘓 𝘑𝘐𝘒𝘈 𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘒𝘌𝘉𝘈𝘐𝘒𝘈𝘕 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘋𝘐𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘒𝘌𝘉𝘜𝘙𝘜𝘒𝘈𝘕
𝘔𝘜𝘚𝘛𝘈𝘏𝘐𝘓 𝘑𝘐𝘒𝘈 𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘒𝘌𝘉𝘜𝘙𝘜𝘒𝘈𝘕 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘋𝘐 𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕 𝘒𝘌𝘉𝘈𝘐𝘒𝘈𝘕
𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘶𝘴 𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘵𝘦𝘣𝘢𝘳 𝘵𝘶𝘯𝘢𝘪.
𝘛𝘦𝘳𝘶𝘴...
𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘔𝘌𝘕𝘈𝘕𝘈𝘔 𝘈𝘗𝘈..?
𝘐𝘛𝘜𝘓𝘈𝘏 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘋𝘐𝘗𝘈𝘕𝘌𝘕
4. SUAMI SUKSES ADA ISTRI YANG HEBAT
By,
Amad Shoffanuddin
Bin Muslimin
Banyak yang mengatakan, kalau di balik sukses nya seorang laki-laki pasti ada wanita hebat dibelakangnya. Sudah banyak kisah yang telah membuktikan hal ini, misalnya kisah di balik kesukseksan Bapak Habibie ada sosok Ibu Ainun. Cinta mereka adalah cinta yang sebenarnya dan abadi.
Pria tidak akan pernah terlepas dari sosok wanita didalam kehidupannya. Sulit membayangkan jika hidup tanpa kehadiran seorang wanita. Pastinya akan terasa hampa dan tidak ada harapan.
Ini yang menjadi alasan mengapa dibalik kesuksesan pria sebegitu bergantungnya terhadap peran wanita di belakangnya.
Berikut ini, alasan mengapa dibalik kesuksesan seorang pria ada wanita dibaliknya.
1. SETIA
Seorang isteri yang pandai menjaga diri dan harta suami, di saat suami terpuruk, istri adalah orang yang selalu setia mendampingi suami. Sejatuh apapun suami seorang isteri tidak mencemooh, karena istri adalah wanita setia yang selalu ada untuk suami. Selalu ada baik suka maupun duka, selalu setia baik masih cinta maupun tidak cinta dan kesetiaannya itu tidak berubah. Bila seorang isteri tidak setia akan fatal akibatnya, semua lini akan terkena imbasnya.
2. WANITA PENYEMANGAT HIDUP
Istri juga penyemangat hidup bagi para pria. Hanya cinta kepada istri dan keluargalah yang membuat pria selalu berusaha keras berjuang demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Istri juga selalu menyemangati di saat sedang lelah, terpuruk atau mengalami masa-masa sulit lainnya sehingga suami dapat bangkit dan tidak patah semangat.
3. PENDENGAR SETIA
Jika ada masalah, istri adalah teman curhat yang terbaik, bukan malah mencibir dan menjatuhkan mentalnya. Selalu bisa menjadi pendengar sejati saat kita membutuhkan.
4. PENDUKUNG USAHA
Istri selalu menjadi pendukung yang setia, selalu berdoa mendukung kita dalam usaha. Sangat ironis jika isteri menuntut kesuksesan sang suami namun dibelakang selalu berbuat curang dan menghianati.
5. PERHATIAN
Istri memberikan perhatiannya kepada suami, baik di depan maupun di belakang suami, bukan hanya di depan saja perhatiannya namun di belakangnya dia menjatuhkan suaminya. Sama suaminya mukanya kecut sedangkan sama orang lain bermanis-manis. Dari bangun sampai tidur kembali, istri mencurahkan seluruh hidupnya demi keluarganya.
6. SABAR
Di saat kita memiliki masalah dalam membangun kesuksesan, terkadang istri sering menjadi pelampiasan. Namun begitu isteri tetap mengerti dan selalu bersabar untuk kita.
7. PENGERTIAN
Harapannya seorang istri adalah orang yang paling mengerti kita. Mengerti untuk memberikan sikap positif, bukan malah mencari kelemahan dan kelengahan suami untuk dimanfaatkannya. Dia tahu apa yang suami butuhkan. Seperti sudah ada sinyal batin, sehingga membuat istri menjadi sosok yang paling mengerti tentang hidup suaminya.
Itulah peran penting seorang isteri bagi suami, begitu berartinya dia karena dapat memberi pengaruh di semua sendi kehidupan sang suami.
Jangan pernah berharap suami sukses dalam dunia dan akhirat bila isterinya adalah sosok yang rapuh dan lemah.
Wallohua'lam
5. BIBIT, BOBOT DAN BEBET
By,
Amad Shoffanuddin
Bin Muslimin
Mencari mantu/menentukan pasangan hidup menurut filosofi Jawa
BIBIT (Asal usul/keturunan)
Di sini kita diajarkan untuk konsen terhadap asal-usul calon menantu dan calon pasangan hidup.Jangan sampai memilih menantu/pasangan hidup bagai memilih kucing dalam karung, yang asal-usulnya tidak jelas, keluarganya juga remang-remang, kita harus selektif karena tatkkala orang tuanya adalah orang yang suka mencuri, tukang selingkuh atau suka memfitnah maka keturunannya juga akan mewarisi sifat tersebut, ini sistem genetika maka akan ada kecenderungan untuk melakukan hal yang sama kelak di kemudian hari,bila ini terjadi bisa sangat fatal.
Ingatlah akan pepatah :
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya"
"Air cucuran atap jatuhnya ke pelimpahan juga"
Namun, bukan berarti kita harus mencari keturunan “darah biru”, tetapi setidaknya calon menantunya punya latar belakang yang jelas dan berasal dari keluarga yang baik-baik.
BOBOT (Karakter/ kualitas diri)
Baik lahir maupun batin. Meliputi keimanan (kepahaman agamanya), pendidikan, pekerjaan, kecakapan, dan perilaku.Rekam jejak ini sangat penting untuk kita amati, karena ketika kita menemukan orang yang sudah rusak kerpribadiannya maka rusak pula fisiknya.Kerusakan pada pribadi ini sedikit banyak akan menurun ke anak cucu keturunan seorang manusia.Seorang anak akan ada kecenderungan mewarisi kerusakan sifat tersebut. Filosofi bebet ini mengajarkan kepada Kita ketika mau ngundhuh mantu/mencari pasangan haruslah mempertimbangkan hal-hal tersebut dengan selektif.
BEBET (Kedudukan/kekayaan)
Bebet ini masuk dalam urutan ke tiga, ini memang penting tapi tidak terlalu penting. Dalam filosofi Jawa mengatakan, “Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman”, (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
Tetapi alangkah baiknya hal ini juga menjadi pertimbangan juga karena status sosial adalah kebutuhan dasar seorang manusia.
Demikianlah prinsip dasar dalam memilih calon mantu dan pasangan hidup dalam filosofi jawa kuno, perinsip dasar tersebut untuk bisa di lakukan kalau kita ingin selamat dan tidak ingin celaka baik dunia dan akherat. Waspadalah..
6. 𝘚𝘈𝘓𝘈𝘏 𝘒𝘈𝘗𝘙𝘈𝘏 𝘉𝘌𝘙𝘍𝘐𝘒𝘐𝘙
𝘉𝘺.
𝘈𝘮𝘢𝘥 𝘚𝘩𝘰𝘧𝘧𝘢𝘯𝘶𝘥𝘥𝘪𝘯
𝘉𝘪𝘯 𝘔𝘶𝘴𝘭𝘪𝘮𝘪𝘯
𝘒𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘳𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘳𝘩𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯. 𝘒𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘳𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘦𝘵 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘵𝘪𝘧𝘪𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘧𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢.
𝘊𝘰𝘯𝘵𝘰𝘩 𝘮𝘪𝘴𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢,
𝘚𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘨𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘱𝘢𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘵𝘢-𝘤𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘦𝘴𝘵𝘢𝘴𝘪 𝘨𝘦𝘮𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬 𝘮𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘯𝘰𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬, 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘱𝘢𝘪 𝘱𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪, 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘸𝘢𝘩, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘭𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘳𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘸𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘫𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘦𝘯.
𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘭𝘢𝘶, 𝘱𝘢𝘵𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘢𝘴𝘢.
𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳-𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨-𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪, 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯. 𝘐𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘧𝘦𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘰𝘩 𝘚𝘞𝘛 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢.
𝘉𝘰𝘭𝘦𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘨𝘢𝘭𝘢𝘶, 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘳𝘦𝘴𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣 𝘴𝘵𝘳𝘦𝘴 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘬𝘰𝘬 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘪𝘯𝘴𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘨𝘢𝘳𝘪𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢, 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴-𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘰𝘩 𝘚𝘞𝘛 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪, 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 , 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘨𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘢𝘴𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘪𝘩 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵.
𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢𝘢𝘯 pertama dan 𝘱𝘳𝘪𝘯𝘴𝘪𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘢𝘵 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘵𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 (𝘴𝘩𝘰𝘭𝘢𝘵 𝘬𝘪𝘵𝘢 ) 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩, 𝘮𝘰𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘴𝘣.
𝘔𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵-𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 "𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯" 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 "𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭 ", 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵.
𝘗𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦𝘢𝘣𝘴𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢, 𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘯𝘪..? 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵..? 𝘈𝘱𝘢𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘨𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘬𝘦𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭 ( 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 "𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯" 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 )
𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶-𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘮𝘢𝘯..?
𝘚𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘴𝘸𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘪𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘪𝘧𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘱𝘢 𝘪𝘫𝘢𝘴𝘢𝘩, 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯, 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘳𝘦𝘥𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯-𝘳𝘶𝘬𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘶𝘭𝘢.
𝘉𝘰𝘭𝘦𝘩-𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮, 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩-𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯, 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘥𝘪 𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘒𝘭𝘢𝘪𝘮 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘰𝘩 𝘚𝘞𝘛. 𝘈𝘭𝘭𝘰𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘨𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘯𝘢. 𝘈𝘭𝘭𝘰𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯.
𝘐𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘳𝘩𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘪𝘯𝘴𝘪𝘱𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨.
𝘞𝘢𝘭𝘭𝘰𝘩𝘶'𝘢𝘭𝘢𝘮
7. POHON DAN BUAH
Oleh,
Amad Shoffanuddin
Bin Muslimin
Bias pelangi akan indah dalam pandangan mata saat hati dalam kondisi tenteram penuh kedamaian. Rembulan di malam hari akan terasa syahdu saat hati kita tenteram penuh kedamaian.
Ternyata semua yang tampak dalam pandangan mata itu akan terasa indah dan dapat ternikmati bila kondisi hati berbinar penuh kedamaian, ketenangan dan kegembiraan.
Hidup ini bukan sekedar mencari kebahagiaan saja tapi jauh yang lebih berarti yaitu ketenangan. Kalau hanya sekedar mencari kebahagiaan seharusnya dengan harta saja manusia akan bahagia, tetapi kenyataannya banyak manusia yang tidak terbahagiakan sebab harta, dengan hartanya yang melimpah justeru di situ menjadi sumber masalah dan sumber kegelisahan.
Banyak manusia yang menganggap kebahagiaan itu terletak pada nafsu birahi, dengan mengumbar nafsu semaunya tanpa aturan syar'i agar bisa berbahagia, dengan mengeksploitasi nafsu birahi dari waktu ke waktu di anggap akan membahagiakan.Tapi benarkah akan bahahia..? Bahagia emang iya.. gembira emang iya... tapi hanya sesaat saja tentunya.. setelah itu dampaknya jauh lebih menyengsarakan.
Sebenarnya kalau kita mencari kebahagian yang sifatnya sejati kita tidak akan pernah menemukannya didunia ini, karena didunia ini apapun itu bentuknya akan selalu berubah dan berganti dari waktu ke waktu. Tangis dan tawa senantiasa mengiringi kehidupan dunia. Lain halnya kalau yang kita cari dan kita upayakan adalah ketenangan, dalam hal ini adalah ketenteraman batin, maka kita akan bisa menemukannya, jiwa yang tenang akan kita dapatkan bila kita senantiasa dekat dengan sang pencipta Alloh SWT, kita dapat mengupayakannya dengan cara beribadah dan memperbanyak dzikir kepada Alloh SWT, maka ketenangan jiwa tersebut optimis akan kita dapatkan.
InshaAlloh sebesar apapun masalah yang menimpa, maka hati kita tetap terasa tenteram dan nyaman.
Ketenangan jiwa ini dapat kita ibaratkan sebagai pohon dan buah, maka pohon tersebut adalah ketenangannya dan buahnya adalah kebahagiaannya.Berawal dari pohon dahulu, kemudian buahnya, berawal dari ketenangan dahulu kemudian berakhir bahagia.
Begitulah...InshaAlloh...
Wallohu'alam
Komentar
Posting Komentar